Notification

×

Iklan

Iklan

Membangun Bangsa dari Rahim Perempuan

May 20, 2025 | 10:26:00 PM WIB | 0 Views Last Updated 2025-05-20T15:27:55Z

 

Penulis


Penulis : Indah

Prodi : Pendidikan Bahasa Inggris


Opini-- Pada tanggal 20 Mei, Indonesia memperingati Hari Kebangkitan Nasional. Tentunya, hari Kebangkitan Nasional bukanlah sebuah nama hari besar dan peringatan semata. Lebih dari itu, Kebangkitan Nasional memiliki makna yang mendasar dan besar bagi bangsa Indonesi. 


Kebangkitan Nasional bukanlah sebuah momentum yang hanya dapat dirayakan oleh lelaki saja. Berdasarkan informasi yang dihimpun dari CNN Indonesia, hari Kebangkitan Nasional merupakan sebuah peringatan dengan berdirinya organisasi Boedi Oetomo pada 20 Mei 1908. Presiden Soekarno akhirnya menetapkan hari lahir Boedi Oetomo tersebut sebagai hari kebangkitan nasional di Indonesia.


Hari Kebangkitan Nasional merupakan kontemplasi atas semangat persatuan dan perjuangan kemerdekaan Indonesia yang digaungkan oleh Boedi Oetomo, sebuah organisasi sebagai sebuah semangat persatuan dan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, semangat pribumi untuk membebaskan diri dari penjajah, dan pencegahan perpecahan bangsa.


Boedi Oetomo, sebuah organisasi yang dibentuk oleh Dr. Sutomo dan mahasiswa School tot Opleiding van Indische Artsen (STOVIA) di Jalan Abdulrahman Saleh No. 26 Jakarta. Organisasi ini dapat diprakarsai oleh gagasan dr. Wahidin Sudirohusodo yang ingin meningkatkan martabat rakyat dan bangsa Indonesia.


Contohnya adalah R.A. Kartini, Dewi Sartika, Rasuna Said, dan Nyai Ahmad Dahlan. Mereka para pahlawan tersebut merupakan salah satu contoh yang memberikan kesadaran bagi bangsa Indonesia khususnya perempuan Indonesia bahwa perempuan haruslah berpendidikan.


Perempuan dan pendidikan, seperti yang diungkapkan oleh Beauvoir, salah satu filsuf yang berfokus pada filsafat eksistensialisme bahwa perempuan dan pendidikan memiliki kaitan erat dalam konteks masyarakat patriarki. Beauvoir mengamati bahwa dalam masyarakat yang didominasi oleh pria, perempuan sering kali diperlakukan sebagai objek atau 'lainnya' dalam hubungan gender.


Dalam karyanya yang terkenal, "The Second Sex" (1949), Beauvoir mengeksplorasi kondisi perempuan dalam masyarakat dan menyatakan bahwa perempuan sering kali dianggap sebagai objek pasif yang ditentukan oleh peran dan ekspektasi yang ditetapkan oleh masyarakat patriarki. Dia berpendapat bahwa perempuan diperlakukan sebagai manusia sekunder, bukan sebagai subjek yang sepenuhnya mandiri dan setara dengan pria.


Kaum perempuan dengan berbagai kelebihan dan talenta yang Tuhan berikan, harus mampu menjadi penggerak dan membawa perubahan dalam masyarakat. Perempuan bukan mahluk lemah, perempuan adalah mahluk yang kuat tidak hanya fisik namun juga memiliki mental yang kuat.


Kita tidak bisa mengharapkan dunia berubah mengikuti mau kita, namun kita mampu mengubah dunia dengan tekad yang kuat, semangat yang membara dan selalu berpikiran positif. Kaum perempuan mampu menjadi agen perubahan dengan memulai perubahan itu dari diri sendiri.


Oleh sebab itu marilah kita memaknai Hari Kebangkitan Nasional tahun ini sebagai momentum kebangkitan kaum perempuan dan jangan pernah kehilangan harapan. Semua pasti akan berlalu dan bersama kita bangkit menyongsong masa depan yang lebih baik.


Opini yang dipublikasikan di media online ini menjadi tanggung jawab penulis secara pribadi. LPM Red Line tidak bertanggung jawab atas persoalan hukum yang muncul atas tulisan yang dipublikasikan.


Opini yang dipublikasikan di media online ini menjadi tanggung jawab penulis secara pribadi. LPM Red Line tidak bertanggung jawab atas persoalan hukum yang muncul atas tulisan yang dipublikasikan.

TUTUP IKLAN
TUTUP IKLAN
×
Berita Terbaru Update