Lika-liku kehidupan mahasiswa ketika dihadapakan pada masalah, menimbulkan tanda tanya besar. Apakah Mahasiswa ada hanya untuk berperan sebagai hamba birokrasi atau bahkan lebih rendah dari itu?
Dewasa ini, banyak mahasiswa yang menyebut dirinya sebagai penyambung lidah masyarakat, pembawa perubahaan dan julukan lain yang kerap membuat mereka lupa bahwa itu hanya sekedar kata-kata, yang pada kenyataannya kurang pengaplikasian.
Bagaimana tidak, menyuarakan suara mereka sendiri saja nyalinya sudah ciut apalagi ingin menyuarakan suara orang lain. Miriskan...
Misalnya saja saat awal kuliah, dimana di dalamnya terkait kontrak kuliah atau dengan kata lain, kesepakatan antara dosen dan mahasiswa. Terkadang semua kesepakatan yang disediakan dosen, oleh kebanyakan mahasiswa serta merta disetujui begitu saja padahal jelas ada yang memberatkan. Contohnya saja perihal batas keterlambatan, seringkali didapati mahasiswa yang datang terlambat akan dianggap mangkir alias alpa, padahal dosen yang datang terlambat tidak pernah ada sanksi lebih. Entah, apakah mahasiswa yang kurang punya nyali atau memang mereka hanyalah hamba birokrasi?
Sebenarnya siapa mahasiswa ini? Apakah mereka yang suka ikut demonstrasi atau mereka yang suka menjilati teman sendiri. Pertanyaan yang simpel namun jawabannya mampu menenggalamkan pemerintahan, bahkan meruntuhkan jabatan tertinggi di suatu negara.
Dimanakah jati diri mahasiswa sebenarnya? Dimasa yang makin edan membuat generasi kekinian lupa pada sejarahnya. Mahasiswa kekinian enggan bercerai dengan birokrasi demi memperjuangkan hak-hak sendiri. Wahai mahasiswa dimana taringmu yang dulu mampu menggoyahkan pemimpin tangguh? Mampukah mahasiswa kembali menjadi pengendali hati nurani sekalipun negeri api menyerang kehidupan masa kini.
Karya : Muhammad Saleh
Post a Comment