![]() |
Penulis |
Hari ini, saya mau mengajak kalian berfikir tentang topik yang sudah lama jadi perdebatan dari zaman ke zaman di kalangan mahasiswa yaitu organisasi. Apakah penting ikut organisasi? Apa memang gunanya? Buang-buang waktu ji pasti? Atau apakah organisasi itu sendiri yang menjadikan kita benar-benar “jadi mahasiswa”?
Oke, sebelum pembahasan kita semakin jauh, saya disclaimer dulu. Opini ini datang dari mahasiswa biasa yang juga sedang jungkir balik di organisasi, merasakan rapat sampe radio mesjid pada subuh hari sudah terdengar, pusing bagi waktu antara program kerja dan tugas, sampai merasa di fase mau keluar dari organisasi karena merasa semua ini membuat kita mau mati saja. Tapi di tengah itu semua, ada banyak pelajaran yang bisa diambil.
Mahasiswa itu agen perubahan. Kita sering mendengar kata kata ini "Mahasiswa adalah agen perubahan!". Keren, kedengarannya keren sekali. Tapi coba kita tanya ke diri sendiri, apakah kita sudah siap jadi agen perubahan? Atau jangan-jangan kita masih belum mengerti mau berubah menjadi apa? (Kalau bingung mau berubah jadi apa, berubah jadi ultramen saja, dijamin membawa perubahan)
Nah, jadi di sinilah pentingnya organisasi. Organisasi itu, secara sederhana, adalah tempat buat kita belajar hal-hal yang tidak diajarkan secara formal di kelas. Kita memang jago teori dalam kelas, hafal rumus matematika, fisika, mengerti semua pasal dalam KUHP, bahkan sampai mendapatkan juara kelas, tapi kalau dalam kerja sama tim tidak ada inisiatif sama sekali, komunikasi juga kurang baik, atau tidak tau cara mengelola emosi, semua itu akan mentok pas kita masuk dunia nyata. Organisasi mengajarkan kita tentang soft skill. Dan percaya pada seseorang, di dunia kerja nanti, soft skill itu nilainya bisa lebih tinggi dari IPK mu yang cumlaude itu.
Organisasi itu miniatur dunia nyata
Pernah merasa organisasi itu adalah hal yang ribet? Banyak konflik, drama, dan kadang bikin makan hati?. Selamat! Berarti anda sedang diberikan latihan gratis sebelum masuk dunia kerja.
Di organisasi, kita bakal ketemu banyak tipe orang. Ada orang yang ambisius, ada juga yang mageran, ada yang suka bicaranya saja yang besar tapi tidak bisa kerja, dan ada juga yang selalu bisa diandalkan. Di sinilah kita belajar beradaptasi. Bagaimna caranya tetap menjalankan proker walaupun satu tim tidak kompak, bagaimana caranya menghadapi senior yang baik hati (tidak bermaksud apapun yahhh), bagaimana caranya bernegosiasi sama sponsor. Itu semua latihan yang super berharga, yang bisa kita dapatkan di Organisasi.
Jangan heran kalau nanti kita kerja dan merasa, "Wah, ini mi kayak rapat divisi kemarin-kemarin."Karena organisasi itu bukan cuma tempat main-main, tapi juga laboratorium sosial yang nyata, tempat untuk kita berlatih sebelum terjun kedunia yang keras.
“Tapi saya ini orang introvert, tidak suka keramaian.”
Seringkali saya mendengar kalimat ini. Dan jawabanku selalu sama, organisasi bukan hanya untuk orang orang extrovert. Justru, organisasi butuh orang-orang yang punya pemikiran dalam, yang bisa memberikan perspektif berbeda, dan kadang lebih jago di balik layar. Kita tidak harus jadi ketua. Kita bisa jadi penulis, desain grafis, admin media sosial, atau bendahara. Semua peran penting itu bisa kita dapatkan di Organisasi.
Yang penting, kita mau belajar. Karena di organisasi, kita tidak dituntut buat langsung jago. Tapi kita dituntut buat berkembang. Pelan-pelan saja. Tidak harus tiba-tiba jadi MC (Master of Ceremony) hebat. Cukup mulai dengan mau bicara saat diskusi di rapat kecil. Itu sudah langkah besar.
Nilai itu tidak penting kalau kita aktif organisasi?
Satu hal yang juga sering salah kaprah adalah anggapan bahwa ikut organisasi itu bikin nilai anjlok. Hmm….. bisa iya, bisa tidak. Tergantung kita bisa Memanajemen waktu atau tidak. Masalahnya bukan di organisasinya. Tapi di manajemen dirimu sendiri.
Padahal ada temanku yang aktif di tiga organisasi dan tetap lulus cumlaude. Karena dia bisa atur waktu, tahu prioritas, dan tahu kapan harus bilang “tidak”. Sebaliknya, ada juga yang tidak ikut organisasi sama sekali tapi nilainya juga pas-pasan. Jadi, jangan salahkan organisasi kalau nilaimu anjlok. Lihat dulu, kita sendiri sudah disiplin atau belum.
Jangan terjebak di romantisme organisasi
Oke, sekarang bagian penting jangan sampai kita terlalu cinta sama organisasi sampai lupa tujuan utama jadi mahasiswa. Tujuan kita masuk kampus itu buat belajar, dapet ilmu, dan pada akhirnya siap terjun ke masyarakat. Organisasi itu cuma salah satu kendaraan buat bantu kita berkembang. Tapi kalau kita sudah terlalu sibuk mengurus organisasi sampai lupa kuliah, lupa keluarga, bahkan lupa kesehatan sendiri, itu sudah tidak sehat. Organisasi yang sehat itu yang mengajarkan kita tumbuh, bukan yang membuat kita tumbang.
Kadang kita terjebak dalam romantisme jabatan, mau jadi ketua, mau punya pengaruh, mau dikenal banyak orang. Tapi setelah itu, kita dapat apa? Kalau kita tidak dapet ilmu, tidak dapat pengalaman yang berguna, hanya capek dan drama, mending pikir pikir lagi.
Organisasi kampus itu kaya rasa
Di kampus tempat saya sendiri, dimana saya bergelut dengan yang namanya ilmu, adalah di kampus tercinta IAIN ( Institut Agama Islam Negri) Parepare, jenis organisasi itu banyak sekali. Mulai dari DEMA (Dewan Eksekutif Mahasiswa), anak seni yang akrab disapa ANIMASI (Aliansi Mahasiswa Seni), klub olahraga atau yang bernama PORMA (Persatuan Olahraga Mahasiswa), komunitas pencinta alam ataupun MISPALA (Mahasiswa Pencinta Alam), lembaga dakwah mahasiswa, sampai lembaga pers mahasiwa yang di IAIN (Institut Agama Islam Negri) Parepare sendiri mempunyai nama LPM RED LINE. Kita bisa pilih sesuai minat dan bakat. Jangan ikut organisasi cuma karena “teman ku juga ikut.” Ikutlah karena kita tertarik dan mau belajar di dalamnya.
Kalau kita suka menulis, masuklah ke lembaga pers mahasiswa. Kalau kita suka dengan seni, ikut aliansi seni. Kalau kita suka naik gunung, ikut mahasiswa pencinta alam. Dunia organisasi itu luas sekali, dan semua bisa jadi tempat kita tumbuh, asal kita punya niat yang kuat, serius dan konsisten.
Jangan takut gagal, jangan gengsi belajar
Banyak mahasiswa yang takut ikut organisasi karena takut gagal, takut tidak bisa, takut tidak cocok. Hei, kita ini mahasiswa. Masa dimana harus belajar. Justru sekarang waktunya salah. Sekarang waktunya jatuh. Supaya nanti pas sudah lulus, kita tidak kaget lagi.
Di organisasi, kita bisa belajar bicara di depan orang ramai, belajar bikin proposal, belajar antar proposal ke sponsor, belajar negosiasi, bahkan belajar mengatur keuangan. Semua itu tidak akan kita dapetkan cuma dari ruang kelas. Dan satu lagi, jangan gengsi mulai dari bawah. Tidak harus langsung jadi pengurus inti. Jadi anggota dulu juga tidak apa-apa. Jadi panitia perlengkapan pun itu mulia. Semua itu proses.
Organisasi bisa jadi bekal masa depan
Percaya saja, pengalaman organisasi itu bisa sekali jadi nilai jual di dunia kerja. Banyak perusahaan yang melirik calon karyawan bukan cuma dari IPK, tapi dari seberapa aktif dia di luar kelas. Karena itu menunjukkan kita punya kemampuan kerja sama, leadership, dan problem solving. Bahkan kalau kita tidak kerja kantoran pun misalnya mau jadi entrepreneur, freelancer, atau pengabdi desa pengalaman organisasi tetap relevan. Karena kita sudah pernah ngurus orang, pernah ngatur acara, pernah ngelola konflik. Itu skill mahal.
Kita bukan robot, jangan jadi mesin untuk organisasi
Terakhir, ini yang paling penting, kita itu manusia. Bukan robot organisasi. Jangan sampai kita kehilangan diri sendiri gara-gara sibuk sekali di organisasi. Tetap jaga waktu untuk diri sendiri, untuk istirahat, untuk berfikir, untuk merenung, untuk healing.
Jangan terlalu larut sampai tidak tahu arah. Kadang kita perlu tarik napas, lihat ulang tujuan kita, dan bertanya “Apakah yang aku lakukan di organisasi ini benar-benar buat aku berkembang?” Kalau iya, lanjutkan. Kalau tidak, jangan takut buat keluar dan cari tempat tumbuh yang lain.
Penutup Jadi mahasiswa itu privilege, jangan disia-siakan
Apakah kita tau, di luar sana masih banyak anak muda yang tidak bisa kuliah karena tidak punya biaya, karena terhambat akses, atau karena harus bantu orang tua cari nafkah. Jadi, kalau kita hari ini jadi mahasiswa, itu artinya kita sedang dikasih kesempatan emas. Dan salah satu cara mensyukurinya adalah dengan memaksimalkan masa kuliah, akademiknya iya, organisasinya juga.
Organisasi itu bukan segalanya, tapi bisa jadi jalan penting buat membentuk siapa kita nanti.k Akhir kata, mau kita ikut organisasi atau tidak, yang penting kita punya alasan yang jelas. Jangan ikut karena ikut-ikutan, jangan menolak karena malas saja. Pikirkan, rasakan, lalu ambil keputusan yang bikin kita berkembang. Semangat buat kita semua, para mahasiswa masa kini, para mahasiswa gen Z. Dunia ini butuh lebih banyak anak muda yang tidak cuma pintar, tapi juga tangguh dan tahan banting, kretif, dan berjiwa pemimpin. Dan semua itu bisa dimulai dari ruang kecil bernama organisasi kampus.
Opini yang dipublikasikan di media online ini menjadi tanggung jawab penulis secara pribadi. LPM Red Line tidak bertanggung jawab atas persoalan hukum yang muncul atas tulisan yang dipublikasikan.