Notification

×

Iklan

Iklan

Mahasiswa Baru di Semester Awal

Oct 13, 2025 | 8:09:00 PM WIB | 0 Views Last Updated 2025-10-13T12:09:00Z

 

Penulis

Penulis: Asyraf Alharaer Assegaf

Jabatan: Ketua Komisi Aspirasi Senat Mahasiswa IAIN Parepare 2025


Opini -- Semester awal di kampus selalu terasa seperti bab pertama dari buku kehidupan yang belum tahu akan berakhir di mana. Sudah kurang lebih sebulan, mahasiswa baru di sambut datang dengan “semangat” masih segar, dan cita-cita yang kadang lebih besar dari daya tahannya sendiri. 


Ia datang membawa bayangan kampus sebagai ruang bebas, tempat ide-ide berkumpul, masa depan dibentuk, dan tempat menemukan jati dirinya. Tidak butuh waktu lama untuk menyadari bahwa kebebasan itu datang bersama tanggung jawab yang lebih besar daripada sebelumnya.


Dari dunia sekolah yang sebagian serba diarahkan, mahasiswa baru kini masuk ke ruang yang menuntut kemandirian; sistem perkuliahan terasa lebih abstrak dari yang dibayangkan “eksistensi”, sebab cerita daripada senior ialah kontrak kuliah yang seharusnya dipertegas dalam sistem.


Itulah banyak mahasiswa baru mulai goyah, bukan karena apa melainkan karena belum terbiasa beradaptasi di lingkungan kampus. Tentu tekanan akademik datang dengan terasa cepat, mata kuliah terasa rumit bahan pencarian tugas untuk di baca menumpuk, dan waktu seperti lebih cepat dari biasanya. 


Bagi sebagian mahasiswa baru, peralihan ini mungkin terasa seperti lompatan besar. Mereka akan sadar bahwa menjadi mahasiswa bukan hanya soal datang ke kelas, tetapi tentang kemampuan yang dibangun, menata waktu dan disiplin diri.


Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Kerjama, dalam forum PBAK hari kedua menyampaikan bahwa, mahasiswa baru harus memiliki kompotensi, dan yang harus dibangun adalah 4C, Critical Thinking (Berpikir Kritis), Creativity (Kreativitas), Communication (Komunikasi), dan Collaboration (Kolaborasi).


Artinya, sebagai mahasiswa baru di semester awal juga memperkenalkan sesuatu yang lebih keras dari sekadar akademik/ujian tengah semester nantinya, ialah proses berorganisasi. 


Meski semester awal adalah masa di mana tekanan akademik mulai terasa, aktivis kampus datang memberi pemahaman dunia akademik, dan ajakan berorganisasi. Di tengah upaya itu sebagaimana kita beri istilah “penyambutan” nama yang berbeda tiap periode.


Dalam hal universitas/institut; tahun ini kita menyebut Training For Leadership, Talent, and Ability (TALENTA) 2025. Ketua DEMA-I menyampaikan, kegiatan yang ditujukan untuk seluruh mahasiswa baru agar mampu menemukan potensi diri dan menyiapkan diri sebagai calon pemimpin bangsa, sekaligus merupakan dari program kerja DEMA-I itu sendiri.


Di tahun 2021, kegiatan ini di sebut Training Of Skill and Character (TOSCA), bisa dibilang cukup berkesan, sebab peserta yang terbilang banyak menunjukkan keberhasilan periode dalam memberikan wadah, dikala mahasiswa baru waktu itu.


Lebih jauh, masih ada wadah di lingkup Fakultas, Latihan Kepemimpinan Dasar (LKM), serupa dengan apa penyampaian Ketua DEMA-I; setelah TALENTA masih banyak lagi wadah lain untuk berproses dan menjadi step kedua ialah LKM Fakultas.


Sementara itu, UKK/UKM dan HM-PS juga bagian daripada wadah lanjutan itu. Hanya saja ego sektoral bagi mahasiswa baru awam melihat kegiatan mana yang layak di ikuti dahulu.


Disisi lain organisasi kini menghadapi tantangan baru. Tantangan untuk mempertahankan kultur lama. Di era saat ini kita perlu membenahi dalam bentuk reformasi organisasi, tidak mempertahankan yang bukan seharusnya.


Namun memberikan wadah layak dan memang sudah seharusnya. Kenapa? Sebab semangat kolektif yang dulu menjadi denyut nadi kampus perlahan melemah. Kegiatan yang sering kali berjalan sebatas formalitas, partisipasi menurun, dan idealisme digantikan pragmatisme. 


Meski begitu, organisasi tetap penting. Di sanalah mahasiswa berlatih mengelola konflik, beradaptasi dengan perbedaan, dan mengasah daya tahan sosial—sesuatu yang tidak diajarkan di ruang kuliah.


Bagi mahasiswa baru, semester awal juga menjadi ruang pencarian diri. Di antara tekanan kuliah dan hiruk-pikuk kegiatan kampus, mahasiswa mulai bertanya “Saya ingin jadi apa? Apa yang sebenarnya saya cari di sini?” Pertanyaan itu sederhana tapi penting, sebab di sanalah identitas akademik dan personal mulai dibentuk.


Mahasiswa baru belajar memilah, mana yang penting untuk dicapai, mana yang sekadar tuntutan sosial. Ada yang menemukan dirinya di ruang diskusi atau di ruang akademik. Semua sedang dalam perjalanan yang sama—mencari bentuk terbaik dari dirinya sendiri.


Biarpun ada kelelahan, ada kebingungan, ada rasa ingin menyerah. Tapi justru dari situ, makna sesungguhnya muncul. Proses adaptasi ini bukan sekadar ujian akademik, melainkan latihan mental untuk menghadapi kehidupan.


Di titik inilah mahasiswa baru pelan-pelan menyadari bahwa hidup di kampus bukan hanya tentang nilai, tetapi tentang bagaimana tumbuh di tengah tekanan.


Setiap generasi mahasiswa tentu membawa semangatnya sendiri. Harapannya sederhana, semoga mereka tidak kehilangan arah di tengah gegap gempita dunia kampus. Semoga mereka mengingat bahwa perkuliahan bukan perlombaan, melainkan perjalanan panjang membentuk diri.


Jangan takut salah langkah, karena setiap kesalahan adalah bagian dari proses belajar. Jangan terlalu sibuk mengejar pengakuan, karena yang paling penting adalah mengenali potensi diri.


Semester awal bukan hanya tentang bertahan, tapi tentang memulai. Di sinilah fondasi dibangun, semangat diuji, dan arah hidup perlahan mulai tampak. Setiap mahasiswa baru berhak lelah, tapi jangan berhenti. 


Sutan Sjahrir menyampaikan, “Hidup yang tidak dipertaruhkan tidak akan pernah dimenangkan” 


Opini yang dipublikasikan di media online ini menjadi tanggung jawab penulis secara pribadi. LPM Red Line tidak bertanggung jawab atas persoalan hukum yang muncul atas tulisan yang dipublikasikan.

TUTUP IKLAN
TUTUP IKLAN
×
Berita Terbaru Update