![]() |
| Penulis |
Penulis: Muh. Yasir Arfah Asri
Prodi: Komunikasi Penyiaran Islam
Opini -- Ada banyak peran di dalam sebuah kegiatan, tetapi menjadi Koordinator Instruktur dalam kegiatan Latihan Kepemimpinan Mahasiswa (LKM) Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah dengan tema “Pionir Masa Kini, Pelopor Masa Depan Menuju Fuad yang Lebih Harmonis” adalah perjalanan yang bukan hanya menuntut kemampuan memimpin, tetapi juga kemampuan merangkul, memandu, dan tumbuh bersama.
Sejak awal kegiatan ini direncanakan, saya dan teman-teman instruktur sepakat bahwa tujuan utama kami bukan hanya memberikan materi atau menjalankan agenda, tetapi menghadirkan suasana pembelajaran yang benar-benar mampu menyentuh diri peserta—baik sebagai mahasiswa baru maupun sebagai calon pemimpin masa depan. Kami percaya bahwa kepemimpinan tidak hanya dibangun melalui teori, tetapi dibentuk melalui proses, pengalaman, dan interaksi yang bermakna.
Selama kegiatan berlangsung, saya menyaksikan bagaimana nilai solidaritas, integritas, moralitas, dan intelektualitas bukan hanya menjadi slogan, tetapi benar-benar hadir dalam dinamika kegiatan. Mulai dari kerja sama kelompok, keberanian berpendapat, kedisiplinan menjalankan aturan, hingga ketulusan saling membantu—semuanya menjadi bukti bahwa fondasi kepemimpinan mulai terbentuk di dalam diri para peserta.
Sebagai koordinator, saya juga belajar bahwa kepemimpinan tidak selalu tentang memberi instruksi. Terkadang, ia hadir dalam bentuk mendengarkan, memediasi, atau sekadar memastikan teman-teman instruktur dapat menjalankan perannya dengan nyaman dan bermakna. Dalam momen-momen tertentu, saya tersenyum dalam hati melihat bagaimana tim instruktur bekerja penuh komitmen; saling menguatkan ketika lelah, saling mengisi ketika ada kekurangan, dan tetap menjaga kehangatan dalam lingkup kerja yang formal.
Ada satu momen refleksi yang tidak saya lupakan. Saat itu, salah satu peserta menyampaikan, “Kegiatan ini tidak hanya membuat saya belajar, tapi membuat saya mengenal diri saya lebih baik.” Kalimat itu sederhana, namun bagi saya dan seluruh instruktur, itu adalah bukti bahwa proses ini berhasil menyentuh sasaran terdalam: membangun kesadaran diri.
Kini setelah kegiatan selesai, ada rasa syukur yang tidak bisa disederhanakan dengan kata-kata. Alhamdulillah, kegiatan ini berjalan sukses, lancar, dan meninggalkan jejak yang baik—bukan hanya bagi peserta, tetapi juga bagi kami sebagai instruktur maupun panitia keseluruhan.
Saya percaya bahwa para peserta bukan lagi sekadar mahasiswa baru, melainkan calon pionir yang siap melanjutkan perjalanan dengan lebih percaya diri, lebih berkarakter, dan lebih siap membawa perubahan menuju masa depan yang harmonis.
Dan bagi kami—tim instruktur—kegiatan ini bukan akhir, tetapi pengingat bahwa kebermanfaatan harus terus berjalan, dalam ruang apa pun, pada kesempatan apa pun, selama niat dan tujuan tetap lurus.
Opini yang dipublikasikan di media online ini menjadi tanggung jawab penulis secara pribadi. LPM Red Line tidak bertanggung jawab atas persoalan hukum yang muncul atas tulisan yang dipublikasikan.
.jpg)
