![]() |
| Wawancara bersama Dekan FAKSHI |
Kampus, Red Line News -- Akun media sosial bertajuk “IAIN Cantik”, “IAIN Ganteng”, dan “IAIN Gacor” tengah ramai diperbincangkan oleh mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare. Akun-akun tersebut menampilkan potret mahasiswa yang dianggap menarik, hingga menimbulkan beragam tanggapan dari civitas akademika, Rabu (05/11).
Mahasiswa Hukum Pidana Islam (HPI) Muhammad Yasser, menilai keberadaan akun tersebut dapat menggeser fokus mahasiswa dari sisi intelektual ke tampilan luar. “Mahasiswa bisa saja lebih berfokus pada visual dibandingkan intelektualnya. Mereka berlomba-lomba memenuhi standar agar bisa masuk dalam konten IAIN Cantik atau IAIN Ganteng. Hal ini bisa menurunkan semangat untuk memperluas wawasan karena lebih mementingkan penampilan dibandingkan isi pikiran,” tuturnya.
Sementara itu, mahasiswi Jurnalistik Islam (JI) Tifani Putra Noris, berpendapat bahwa akun-akun semacam itu sebaiknya diarahkan pada hal yang lebih membangun. “Akun seperti ini perlu dikritisi, bukan dibenci. Kalau tujuannya menampilkan sisi positif kampus, seharusnya bisa menonjolkan mahasiswa berprestasi, karya ilmiah, atau kegiatan sosial. Dengan begitu, ekspresinya tetap ada tetapi bernilai dan mendidik,” ujarnya.
Menanggapi fenomena tersebut, Dekan Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum Islam (FAKSHI) Rahmawati, mengingatkan pentingnya kehati-hatian dalam membagikan konten di dunia maya. “Penggunaan foto atau video orang tanpa izin itu tidak etis dan bisa melanggar hukum, karena ada perlindungan terhadap hak privasi dan hak cipta. Jika seseorang merasa dirugikan, hal itu bisa termasuk pelanggaran Undang-Undang ITE. Karena itu, sebaiknya kita lebih berhati-hati dan hanya membagikan konten positif,” tegasnya.
Reporter: AR/SYD
Redaktur: FFF
Web & IT: Jihan
.jpg)
